27 Oct 2012

Hadiah untuk Ibu

Pernikahan ibu dan bapak, hari ini kuberi kado kecil untukmu.
      Hadiah untuk Ibu, kawan, namaku Tyas Haryadi (yg berarti Manusia yg berhati [hati=tyas] mulia dan bijaksana [haryadi=mulia + bijaksana]) itu pemberian ibu. Nama yang indah itu di acc oleh bapak, tentunya rekomendasi dan pemaksaan ibu. Saat beliau mengandung saya, beliau mimpi ayam jago yang bagus dikurungan (memperoleh anak laki-laki), beliau sangat sumringah (senang yg terlalu). Beliau menghisap ingus saya dengan mulut sewaktu masih kecil, beliau senyum pula ketika saya kencingi. Sewaktu mata saya kena pukul tongkat kasti (permainan jaya masa kecil), beliaulah yang mencari-cari yang mukul. Ibu pernah memukul saya, karena bandel, tapi beliaulah yang memeluk dengan penuh kehangatan, saat saya menangis. Ibu pula yang menyelimuti saya, ketika baru pulang dari latihan pencaksilat sewaktu SMP dahulu (tidur terlentang tanpa baju). 
       Ibu pula yang memeluk saya dengan erat, yang khawatir setengah mati, setelah saya pula dari pendakian dalam keadaan penuh luka terbakar. Ibu pula yang mengantar saya kemana-mana, mengusap dengan air hangat, ketika jahitan ada di lengan saya. Ibu begitu bangga ketika saya selalu juara kelas dari kelas 1-6 SD dahulu, beliau selalu ingin anaknya bahagia dan sukses. Masih saya ingat, ketika pulang kerja waktu SMA (penyiar radio jm 00.30), saya kembali kecelakaan, beliau tak saya beri tahu. Paginya, beliau habis-habisan ngomelin saya, kenapa tak membangunkan, kenapa tak minta bantuan? “Saya tak ingin merepotkan anda bu, ibu sudah capek seharian, tak ingin mengganggu istirahat ibu.” (jawab saya, sudah diterjemahkan dari bahasa jawa). 
       Beliau juga yang selalu khawatir, setelah 1 minggu setelah kecelakaan itu, saya ikut lintas alam, untuk ambisi TNI AU. Beliau tidak pernah mau saya belikan hadiah, karena saya selalu tanya kepada beliau, apa yang beliau suka. Beliau menolak sewaktu saya belikan hadiah dari hasil kerja sebagai penyiar radio campursari sewaktu SMA. Sewaktu dapat fee dari buat spot iklan dan dapat sponsor acarapun beliau masih menolak. Dapat uang dari hasil kerja jadi video shooting, beliaupun juga menolak, yang deterima adalah makanan, kalau barang belum pernah. Paling-paling juga beli dengan uang saya, lalu saya tidak mau menerima uang baliknya (ini uang dari keringat sendiri). Bahkan ketika saya mulai terjun jadi pengusaha akhir-akhir ini, beliau makin tidak mau menerima hadiah dari saya. 
        Itulah ibu kawan, dia hanya ingin memberi, tanpa mengharap kembali, sukses anaknya adalah harapnya. Beberapa kali saya dapat job lumayan besar dari CM_Studi0, bisalah untuk beli baju dan sandal kulit untuk sekeluarga, selalu ditolak. Bukannya tanya-tanya mulu, kenapa tidak langsung beli saja? Saya tidak tahu ukuran baju, celana/rok, apalagi sandal sekeluarga. :D | saya tahu, ibu hanya ingin bakti anaknya, selalu menyayangi dan perhatian kepadanya, juga pada bapak. Saya telepon berjam-jam sekarang untuk ibu, karena saya anak yang jarang pulang walau rumah dekat. Ibu dulu berjam-jam meluangkan waktu untuk mendengarkan kita saat kecil, kenapa kita tak mau mendengarkan ibu berjam-jam pula? 
       Ibu menciumi kita dahulu walau bau kecut dan apek, apakah ketika ibu sudah bau tua kita masih mau menciumi berliau seperti dahulu beliau mencium kita? Ibu masih suka memasakan air hangat untuk mandi kita waktu kecil, dengan senyum, dengan riang, dengan bahagia, akankah qt memasakkan air untuk beliau sewaktu beliau tua, dengan senyum dan semangat pula? 
        Ibu ingin di dengar, seperti qt ingin didengar sewaktu kecil, mungkin ceritanya hanya hal-hal sepele. Kalau ibu saya biasanya cerita ayam dirumah, tanaman disekitar rumah, masakan, sinetron, mimpinya tadi malam, cabai yang ditanam di pot bunga, mangga yang baru dibuatnya rujak, bahkan nasi yang menanaknya agak telat, adik yang tidak dibuatkan susu. Tapi ingatkah dahulu kecil kita cerita panjang lebar tentang cerita televisi, tentang mainan kita, tentang ayam kecil yang seharian kita peluk? Ibu juga mendengar walau berulang-ulang kita membahasnya, bahkan ibu tersenyum melihat kita bercerita hal itu. Kemudian, ingatkah ketika waktu kecil kita lambat dalam melakukan sesuatu, kita sering memecahkan alat-alat rumah? Ibu masih tersenyum untuk kita, untuk mengajari kita, bagaimana kelak jika ibu dan bapak jadi lambat, sering menjatuhkan alat perabot? Marahkah kita? padahal ibu dan bapak dulu selalu lembut di kala itu terjadi. Kawan, jika ibu kita masih hidup maka berbaktilah, sungguh tiada obat paling berharga dari anak sholih/ah, begitu pula halnya bapak. sebelum keduanya diambil malaikat pencabut nyawa, sungguh, waktu tiada bisa terulang. Jika ibu atau ayah sudah terambil, biarkan do'a kita jadi amalan yang akan selalu menemani beliau di alam kubur. amin, do'aku, semoga semua orangtua kita diberkahi Allah dunia akhirat, amin... 
       Ibu, saya mau cerita, ibu dahulu selalu suruh saya hemat, tapi kalau untuk ibu tiada kata hemat, yang ada loyal. Alhamdulillah dapat rejeki bu, anakmu, 10juta (hutang semua), untuk ngembangin usaha anakmu bu, CM_Studi0. Nah, maaf bu, belum bilang anda, nanti saja kalau kambingnya sudah disembelih saya kabari. Tahun ini baru anda bu, semoga tahun depan bisa sapi, 5 sapi, untuk bapak, adik, mbak dari ibu dan bapak, bulik-bulik dan dulur-dulur. Semoga tahun 2014 bisa naik haji bersama ibu, bapak, adik, saya, dan ketiga eyang. Aamiiinnnn,,, ibu terimalah hadiah sederhana dari anakmu ini. ^_^ dari sang Penggembala, Tyas Haryadi… ^_^

2 comments:

  1. ikut mengucapkan selamat mas bro..
    oh iya di hari blogger nasional ini saya ingin mengucapkan selamat hari blogger, mari menjadi blogger yang bermanfaat bagi semua.

    ReplyDelete

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com