29 Jun 2011

Mengenang indahnya bali dihari pertama.

Kepala garuda di GWK bali.
       Dalam beberapa kesempatan hunting, baik di jawa maupun di luar jawa, tiada tujuan lain selain mencari ilmu dari sang pencipta serta mematuhi perintah untuk menjelajahi seluruh bumi ini tanpa terkecuali. Dan ketika mengelilingi Indonesia, rasa nasionalisme menjadi modal utama, ingin mengenal negeri ini lebih dalam, mengambil hikmah dibalik hikmah dan memperoleh pengalaman serta saudara yang semakin banyak. Sewaktu SMA (kelas XI), seperti teman-teman lain yang biasanya mengadakan study tour ke pulau dewata, SMA kamipun (SMAN 1 Kawedanan Magetan) melakukan kegiatan itu dan saya berkesempatan untuk belajar berbagai hal yang menarik tentang pulau kecil diseberang timur jawa ini. Naik bus adalah sebuah alternative yang bagus ketika ingin berkelana ke pulau bali, selain harga yang tergolong murah juga memberi kesempatan untuk menikmati kemacetan yang tak terasa di kereta api, dan pemandangan kota-kota serta kabupaten sekitar yang tak didapat ketika naik pesawat terbang.
        Untuk tanggal dan bulan saya sebenarnya lupa, tetapi melihat date taken di foto kenang-kenangan Bali, menunjukkan tanggal 21-3-2008, berarti berangkat saya & teman-teman tgl 20 maret 2008 dari kota Magetan tercinta. Berangkat pukul 10.00, dengan tiga bus pariwisata, yang terpenting kami sangat menikmati perjalanan kali itu. Walau untuk sebagian anak SMA di kabupaten pinggiran seperti Magetan ini bisa jadi perjalanan yang paling jauh selama ini, termasuk saya salah satunya. Keindahan balipun sudah terbayangkan di otak kami, walaupun perjalanan masih panjang. Kami sampai di pelabuhan ketapang (Banyuwangi) pukul 23.00, dan baru menyeberang ke pulau dewata pukul 24.00 (antre satu jam).
        Setelah naik kapal fery menyebrang ke gilimanuk (pelabuhan bali), kurang lebih 1,5 jam diatas kapal penyeberangan. Kami (team tour SMA) merasakan hawa Bali setelah keluar dari kapal, hawa dingin khas pantai di malam hari menyambut kami. Ketika adzan subuh berkumandang kami sudah sampai di pantai sanur. Subhanallah, setelah solat subuh kami langsung tancap gas ke pantai nan eksotik itu. Lumayanlah, tapi saya tetap lebih bangga dengan Kabupaten Magetan (walaupun tak ada pantainya). Waktu itu sudah banyak sebagian yang membasahkan diri dengan menyentuh air laut bali, hikmah yang dapat diambil manfaatkan kesempatan yang datang sekali tanpa harus meninggalkan idealisme kita.
        Selanjutnya kami berjalan menjauh dari pantai sanur, menikmati sarapan dan seketika ada sedikit kehebohan muncul. “eneng sing kelangan duwit, mlebu bis maneh.” Ternyata ada teman yang kehilangan uang dan semua anak diharap masuk bus kembali. Maklumlah, kami rata-rata adalah orang menengah yang sakupun tak seberapa banyak untuk kebali. Waktu itu saya juga cukup beruntung mendapat saku 500ribu, itu harus tetap disyukuri kawan. *pembelajaran kali ini: hati-hati dengan uang anda, kehati-hatian yang paling penting adalah syukuri dengan jumlah uang anda dan jangan lupa beri sedekahnya. Tak tahu kenapa masalah uang itupun seperti lenyap tak diungkit lagi, apalagi oleh guru-guru pendamping dan kami melanjutkan perjalanan ke GWK (Garuda Wisnu Kencana).
        Sesampai area garuda wisnu kencana kami terkagum-kagum dengan desain dan dekorasi yang sangat indah. Indah bukan karena ide manusia untuk membuatnya, tapi bagaimana Allah merencanakan manusia-manusia untuk membuat sesuatu yang luar biasa dari alam yang telah dikuasakan kepada manusia. Tanah-tanah tinggi, berbentuk kotak-kotak, menjadi pintu gerbang yang alami ketika akan memasuki pelataran GWK. Setelah parkir dan makan siang, kami berlanjut menjelajahi GWK, memang belum jadi, karena target akhir 2009 baru selesai (informasi dari beli rake, guide kami). Tapi hasilnya sudak luar biasa, patung kepala garuda yang besar menghadap plataran, sangar, dan menunjukkan kelasnya dalam kulturistik.
        Adapula patung wisnu setengah badan, yang belum memiliki tangan (dalam proses pembuatan), dengan wibawanya berada sedikit lebih atas dari posisi sang garuda. Yang paling berkesan disini adalah rumput diplatarannya, saya ibaratkan seperti rumput di stadion-stadion Inggris. Pembelajaran kali ini: perlu kita memiliki banyak referensi dalam kehidupan, karena itu akan membuat hidup kita lebih berwarna bak pelangi kawan. Di GWK memang tak semegah istana presiden, tapi dari sana kita bisa belajar bagaimana harus menghargai sebuah budaya, tanpa harus mengorbankan agama. Berfoto ria disanapun menjadi agenda selanjutnya, dengan teman saya Prasetyo, Alhamdulillah sekarang menjadi seorang penegak hukum. Dengan guru-guru dan teman-teman saya (kaum hawa). Ternyata berfoto ria ditempat nan indah membuat kita berani bermimpi lebih indah pula. ^_^
        Untuk perjalanan selanjutnya di bali akan saya posting di postingan selanjutnya kawan. Salam dari sang pengembala, Tyas haryadi… ^_^

0 komentar:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com